Jumat, 17 April 2015

Kamis, 19 Maret 2015

daripada nganggur, jumat 20 maret 2015

Pagi ini, saya kembali mendapat tugas menjadi pengawas ujian sekolah di tempat sya mengajar.. Mata pelajaran yang diujijan adalah fisika.. Ya, saya mengajar di salah satu SMK swasta di kota saya. Dari info yang saya peroleh, SMK ini baru pertama kali mengadakn ujian sekolah. Karena memang siswa yang sedang ujian sekarang adalah siswa angkatan pertama dari SMK ini. Rupanya, mapel fisika masih merupakan salah satu mapel yang cukup dianggap sulit untuk para siswa. Jujur saja, kalau menurut saya pribadi memanv sangat sulit.. Hehe
Mengapa sata mengatakan bahwa siswa menganggap mapel ini sulit?
Karena dari awal mereka mengerjajan, nampak dari raut wajah mereka yg tampak lebih serius dr biasanya. Ditambah lagi dengan bukti, ada salah satu siswa yang hingga waktu ujian tinggal 30 menit tampak lembar jawabanx masih bersih.. Siswa tersebut jg tampak mencoba meminta jawaban kepada temannya.
Sebagai pengawas, sebenarnya saya merasa sangat terganggu.. Namun, saya pun juga tidak tega jika nantinya masih ada siswa yang tidak lulus hanya karena saya terlalu ketat mengawasi.
Jika mengingat saat ujian ketika saya masih menjadi siswa seperti mereka, saya kadang jg geleng-geleng kepala.. Mengapa demikian? Karena terjadi beberapa kemerosotan mental yang terjadi. Pertama, pada jaman saya, ada anggapan bahwa guru pengawas menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam mengerjakan seluruh soal. Mengapa? Karena ketika ada pengawas yang sangat ketat dalam aturan, maka kami secara otomatis akan kehilangan kesempatan bertukar jawaban dengan teman. Berbeda dengan jaman sekarang.. Saya melihat, pengawas bukan lag sebagai penentu keberhasilan. Karena memang mereka, para siswa di jaman sekarang menganggap pengawas hanyalah orang yg bertugas membawakan lembar soal dan jawaban saja. Tidak ada rasa canggung atau pn sungkan melakukan pertukaran jawaban dengan siswa lain. Tengok kiri, kanan, belakang dengan sangat santai. Ketika pengawas menegur pun mereka hanya tersenyum tapi tetap melanjutkan aktifitas menyontek kepada temannya.. Huft!! Kok bisa ya?? Itu pertanyaan yg ada di benak saya..

Pertanyaan ini pun pasti muncul..
Bagaimana siswanya bisa disiplin, hla wong pengawasnya aja online sendiri??

Berikut alasan saya, saya online dan sengaja membuat catatan karena saya merasa bosan. Partner saya pun begitu.
Para siswa sudah tidak bisa lagi dikondisikan, saya sengaja membiarkan agar mereka bisa leluasa menyontek temannya asal mereka tudak gaduh.
Sebenarnya hal seperti ini sangat mengganggu saya sebagai pendidik. Hilang sudah jiwa kependidikan saya. Sekarang yg timbul adalah jiwa kemanusiaan yang tudak tega melihat siswa akhirnya terancam tidak lulus karena adanya pengawas yg begitu ketat.
Pertanyaan kedua dari saya, sebenarnya siapa dan apa yang salah sehingga bisa terjadi hal semacam ini.

Sedih...

Selasa, 17 Maret 2015

rabu, 18 maret 2015

Daripada nganggur, saya akan bercerita tentang kejadian pagi ini sebelum saya berangkat kerja..

Saya bangun sekitar pukul 03.30 wib. Pelan2 sekali agar tidak membangunkan si kecil.. Perlu diketahui bahwa si kecil selalu tidur bersama saya sejak baru lahir. Memang awalnya Ata hanya molet saja, namun sekitar 15 menit kemudian Ata pun terbangun. Seperti biasa, tipa bangun dia selalu minta nenen . Setelah nenen beberapa saat, dia pun tertidur lagi. Saya lanjutkan aktifitas saya, yakni menyetrika pakaian yang akan saya gunakan untuk kerja nanti. Baru saja selesai menyetrika rok, tiba2 dy sudah molet lagi. Kali ini dia memanggil eyangnya..
"Yange..."
"Dalem..apa nak??" jawab saya sembari melanjutkan menyetrika pakaian.
Dia pun tersenyum mengahadap kearah saya sambil memanggil saya,
"Ibu... Nene... Mimik..." 
Saya pun menghampirinya, dan kemudian menyusuinya lagi.
Kebiasaan setiap pagi, anak saya selalu ikut eyang- nya berbelanja sayur mayur dan lauk di warung dekat rumah.
Berhubung pagi ini dia bangun agak terlambat karena tadi tidur lagi, jadi dia tidak ikut berbelanja. Namun, ketika selesai nenen dia tiba2 saja menatap saya sambil berkata,
"Ibu... Ndeyek yange banjaa..."
"Hlo... Hla yange pun blanja i nak..." jawab saya.
Sesaat dia pun diam. Dengan sangat tergesa2 dia mencoba bangun dari tempata tidur dan menghadap ke arah pintu. Tampaklah ibu saya yang baru saja pulang dari belanja. Anak saya segera memanggil ibu saya dan nengajak beliau belanja (lagi).
Dalam percakapan anak saya dengan ibu saya anak saya mengatakan bahwa dia ingin membeli telur asin. Karena hari sudah semakin siang dan saya harus segera berbenah dan bersiap2 berangakat bekerja, maka ibu saya pun menuruti permintaan cucunya.

Singkat cerita, setelah selesai mandi, sholat subuh, dan memandikan sekaligus mendadani Ata, gantian saya yang dandan dan ganti baju. Namun disela2 saya dandan, anak saya terus melihat saya dan kemudian bertanya kepada saya,
"Ibu... Ibu tullah??"
"Inggih nak.."
"Phani ndeyek tullah" sambil berdiri dan memeluk saya.
Dalam hati saya, kasihan sekali kamu nak.. Sudah beberapa hari ditinggal ibu dari pagi sampai siang.
Agar dia tidak kecewa dan tudak menangis, saya pun memberinya pengertian,
"Hlo.. Kok nderek.. Ya gak pareng ta ndhug.. Suk mben ya nek fani pun gedhe sekolah dhewe.." sambil menggendongnya keluar dari kamar dan memakaikannya tas serta sendal.
"Pun ya.. Fani sekolah karo yange.. Ki tas karo sepatune diagem ya.."
Kemudian salim dan berlari menuju ke arah ibu saya.

Betapa berat meninggalkan si kecil yang masih sangat butuh banyak waktu bersama saya.

Yang pintar y nak..